Kamis

Manfaat Senyuman

posted by keyroenc


1. Termasuk sedekah

Senyuman termasuk sedekah maknawi yang dapat membahagiakan orang. Jika orang diberi sedekah harta akan senang dan bahagia, demikian pula senyuman adalah sedekah maknawi untuk kebahagiaan hati dan jiwa. Hal ini telah ditegaskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:

Senyuman di hadapan saudaramu adalah sedekah.” [HR.at Tirmidzi 1956, Ahmad 5/168, al Bukhari dalam al Adab al Mufrod 891, Ibnu Hibban 864, Ibnu Adi dalam al Kamil 5/275, Syaikh al Albani menyatakan bahwa hadits ini derajatnya hasan lighoirihi, lihat ash Shohihah 572]

2. Terjaga dari kejelekan

Senyuman punya pengaruh kuat untuk membendung kejelekan. Betapa banyak orang yang terkenal galak dan jelek di mata masyarakat dapat menjadi lunak bila kita bersikap santun, ramah, dan murah senyum kepadanya. Ini bukan sifat munafik atau basa basi dalam bergaul. Justru ini adalah metode untuk menyenangkan orang lain dengan menyembunyikan rasa benci demi meraih kebaikan orang yang di benci. Sikap ini pula yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tatkala menghadapi pemuka kaum munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bermuka manis, lembut, dan santun ketika bertemu dengannya. [Lihat HR.al Bukhari 5685, Muslim 2591]

3. Mendatangkan rasa cinta

Orang yang murah senyum, manis muka dan ramah kepada orang lain lebih disenangi daripada orang yang selalu bermuka dan dingin. Bahkan, seorang perjaka dapat tergila-gila dengan gadis pujaannya hanya karena sebuah senyuman yang merekah dari bibirnya! Demikian pula seorang suami dapat reda amarahnya bila si istri mampu bersikap tenang dan dapat menghibur dengan senyuman. Semua ini sudah terbukti dan berhasil.

4. Mengikat tali persaudaraan

Tidak diragukan lagi, manusia selalu butuh hidup bersama. Dia tidak bisa menyendiri di dunia ini. Jiwa yang sehat akan condong untuk memilih teman-teman yang baik, sopan, dan manis muka daripada teman yang pemarah dan selalu bermuka masam. Senyuman adalah salah satu daya tarik yang dapat mengikat persaudaraan –tentunya persaudaraan yang dibangun di atas Islam dan aqidah yang benar- dengan kokoh.

5. Menguatkan rasa kasih saying dalam rumah tangga

Kehidupan rumah tangga yang sepi dari senyuman adalah rumah tangga yang gersang. Bayangkan kalau antara suami dan istri saling bersikap diam, dingin, dan tidak ada kemesraan padahal keduanya selalu bertemu dan saling membutuhkan! Kehidupan pasutri yang seperti ini ibaratnya hubungan komandan dengan prajuritnya, sangat resmi dan tidak berbicara kecuali butuh saja! Padahal agama kita yang mulia mengajarkan agar seorang suami –khususnya- dapat mempergauli istrinya dengan baik. Allah ta’ala berfirman (yang artinya):

…Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS.an Nisa’/4:19]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,”Yaitu perbaguslah ucapan kalian kepada mereka, perbaiki tingkah laku dan penampilan kalian sesuai kemampuan. Sebagaimana kalian juga menginginkan dari mereka seperti itu, maka perbuatlah seperti itu juga. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sangat bagus akhlaknya ketika bergaul dengan istri-istrinya. (Beliau bersikap) sangat gembira. Beliau mencandainya istrinya, lemah lembut, memberikan nafkah, dan membuat para istrinya tertawa.” [6]

6. Membuat awet muda

Seorang ahli kejiwaan mengatakan,”Sesungguhnya peredaran darah tatkala marah dan sedih tidak hanya menghalangi sampainya oksigen ke otak, tetapi lebih dari itu, akan menimbulkan ketidakseimbangan zat kimiawi karena tidak sampainya zat-zat hormon. Sesungguhnya tertawa dan senyuman akan menjadikan otak bebas bergerak karena kesedihan berubah menjadi bahagia.” [7]

7. Keuntungan materi

Toko-toko yang para pegawainya bersikap lembut, ramah, dan murah senyum akan lebih banyak di datangi para pembeli daripada toko yang penjaga-penjaganya sering bermuka masam dan pemarah. Bahkan, di negeri Jepang para pemilik toko mewajibkan para pegawainya untuk senantiasa memberikan senyuman kepada para pembeli dan pengunjung yang datang karena mereka melihat pengaruh yang sangat kuat dalam melariskan barang dagangan. [8]

Bermuka Masam?

Bermuka masam adalah gambaran wajah yang murung ketika bertemu, sedikit tersenyum, dan menampakkan perasaan benci. Perangai semacam ini tidaklah muncul selain dari orang yang sombong dan keras tabitnya. Sedikit senyum dan tidak gembira adalah sebuah sikap perendahan terhadap manusia. Sikap merendahkan manusia bersumber dari perasaan bangga dan sombong. Sedikit senyum, khususnya ketika bertemu dengan teman, termasuk sikap keras dalam tabiat. Akhlak ini sangat dibenci, terlebih bagi para pemimpin dan orang-orang yang punya keutamaan. [9]

Yang benar, hendaklah seorang muslim selalu bersikap proporsional dalam segala sesuatu. Janganlah ia tersenyum terus-menerus sepanjang waktu tanpa henti, baik ketika ada orang atau tidak, karena hal ini akan menimbulkan kecurigaan orang yang melihat. Demikian pula, jangan cemberut dan bermasam muka terus-menerus sepanjang waktu tanpa ada rasa gembira dan bahagia. Hendaknya kita bersikap pertengahan, kapan harus tersenyum –senang dan gembira- dan kapan kita bersikap tegas. Setiap sikap disesuaikan dengan situasi dan kondisinya.

Imam adz Dzahabi rahimahullah (Siyar A’lam an Nubala 10/140) berkata, “Adapun tersenyum dan berwajah manis adalah lebih bagus dari tertaewa. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Senyumanmu di hadapan saudaramu adalah sedekah.” Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata,”Tidaklah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melihatku melainkan (beliau dalam keadaan) tersenyum.” Ini adalah akhlak Islam. Derajat yang paling tinggi adalah orang yang menangis pada waktu malam dan murah senyum pada siang hari. Namun perlu diperhatikan, bagi yang sering tertawa dan tersenyum hendaknya untuk menguranginya (karena bisa) mencela dirinya sendiri dan agar jiwanya tidak menjadi mati. Dan bagi yang sering bermuka masam selayaknya untuk tersenyum, membaguskan akhlaknya dan mencela dirinya sendiri karena kejelekan akhlaknya. Segala sesuatu yang keluar dari garis keseimbangan adalah tercela. Jiwa itu perlu dilatih dan dibiasakan.” [10]








source


| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar